top of page

Kenalan yuk dengan Briefing and Role Playing

Taukah moms, kalo si kecil menerima informasi melalui 3 pintu utama, yaitu (1) auditori, berupa cerita, syair, puisi, dongeng; (2) visual, apa yang anak lihat sehari-hari melalui interaksi orang tua, guru, sampai tontonanya; (3) kinestetik, aplikasi dari apa yang sudah didapatkan si kecil. 3 pintu ini akan membuat jembatan sinaps diotak lebih kuat. Kebayang ya moms jika kita mengingatkan anak hanya melalui nasihat, maka normal aja kalo si kecil masih sering lupa dan tidak sadar, karena sinaps yang terbentuk di otak tidak cukup kuat, sehingga anak membutuhkan 3 pintu tersebut untuk mengubah informasi yang didapat menjadi kebiasaan bahkan karakter anak.


Prinsip ini yang digunakan dalam Briefing dan Role Playing (BRP). Selain berupa nasihat, si kecil membutuhkan pengalaman kinestetik sehingga membentuk muscle memory (ingatan dalam tubuh). Sering kali saat kita menyampaikan nasihat, si kecil bukan tidak mau/tidak mengerti, tapi mereka bingung karena belum memiliki pengalaman sebelumnya kinestetik.


Penasarankan apa itu Briefing dan Role Playing?


Briefing, memberikan penjelasaan ke anak dengan PSJL (Padat Singkat Jelas Lengkap), jika perlu orang tua bisa membuat skrip terlebih dahulu agar kalimat yang digunakan sesuai. Dalam briefing ini bisa jadi menghasilkan kesepakatan bersama, jadi bukan bersifat perintah pada anak, tapi merupakan kesepakatan.

Role Playing, mempraktekan hasil briefing seolah-olah kita dikondisi sebenarnya.


Role Playing ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan si kecil akan pengalaman pada kondisi tertentu. Hal ini dibutuhkan anak untuk memberikan pengetahuan serta simulasi akan kondisi-kondisi yang mungkin terjadi sehingga anak bisa mengetahui/memprediksi apa yang harus dilakukan saat berhadapan pada kondisi tertentu.


Apa sih manfaatnya BRP?


Misal, saat si kecil mulai bertemu dengan teman sebayanya, tidak bisa dipungkiri pasti akan ada perselisihan antar anak karena egosentris yang masih berkembang pesat sesuai usianya, saat melihat teman merebut mainannya, otomatis otak limbiknya bekerja untuk melakukan fight/flight/freeze dengan cara merebut kembali mainan atau menangis meraung. Hal ini terjadi karena anak tidak memiliki pengalaman ada di posisi ini, sehingga otak limbiknya lah yang bekerja secara spontan.


Berbeda jika si kecil sudah memiliki pengalaman dengan Briefing dan Role Playing sebelumnya, si kecil akan memiliki kamus dalam otak tentang apa yang harus dilakukan saat ada temannya yang merebut mainan atau ada keinginan merebut mainan teman, "apakah aku harus bilang dengan baik? langsung merebut? atau aku harus menangis?"


Gimana ya prakteknya? Ada tips nya nih moms

  1. Agendakan waktu khusus untuk melakukan briefing dan role playing, 2 kegiatan ini bisa jadi dilakukan diwaktu yg berbeda ya moms

  2. Siapkan apa saja materi briefing yang akan disampaikan ke anak. Ini penting banget moms, karena si kecil butuh penjelasan yang jelas, singkat, padat, dan menarik tentunya

  3. Lakukan Role Play atau bermain peran, seolah-olah ada di situasi sesungguhnya. Jaga mood anak agar selalu ceria dan menyenangkan ya moms, kegiatan ini bisa jadi sangat menyenangkan dimainkan bersama

  4. Lakukan berbagai skenario sesuai kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi

Berapa kali BRP harus dilakukan untuk satu kondisi? Yang pasti lebih sering lebih baik, tenang moms, dengan memainkan Briefing dan Role Playing dengan ceria dan menyenangkan, anak pasti ketagihan. Selamat mencoba!

57 views0 comments
bottom of page