Rasanya senang sekali melihat anak usia pra sekolah 2-5 tahun berinteraksi dengan teman sebayanya ya moms. Namun, tidak jarang keributan kerap terjadi untuk hal-hal yang kita anggap sepele, seperti berebut mainan.
Sebenarnya, wajar saja hal itu terjadi, karena pada masa tersebut anak sedang berada pada masa egosentrisnya. Egosentris adalah kemampuan anak untuk memahami pikirannya, namun belum mampu memahami pikiran orang/melihat sudut pandang lain dalam melihat suatu masalah dan mementingkan diri sendiri. Selain itu, anak-anak juga belum memahami arti berbagi, kepemilikan, hak, dan kewajiban. Hal itu memerlukan kematangan otak tentunya.
Kabar bahagianya, menurut penelitian hal ini baik loh untuk perkembangan anak moms, karena dengan perkembangan egosentris yang baik anak dapat belajar untuk untuk menjadi individu seutuhnya. "Manusia dilahirkan sebagai makhluk individual dan sosial. Pada dasarnya, setiap manusia bisa menjalin interaksi sosial. Anak yang menarik diri, tidak mau bergaul dan berkomunikasi, bisa dipastikan memiliki pengalaman yang dianggapnya tidak menyenangkan dari hasil interaksi sebelumnya atau mengalami gangguan tumbuh kemban tertentu" dalam buku Fitrah Based Education.
Disebutkan kalau manusia adalah makhluk individu dan sosial, keduanya bekerja berurutan loh. Maka, jadikan dia makhluk individu dulu sampai terpenuhi seluruh kebutuhannya, baru mereka dapat berkontribusi sebagai makhluk sosial di lingkungannya. Sosialitasnya akan tumbuh baik sejak usia 7 tahun, setelah kebutuhan individualitasnya tumbuh utuh dibawah 7 tahun.
Maka memaksa anak selalu mengalah itu tidak baik, tugas kita adalah memenuhi kebutuhan egosentrisnya, dan melatih rasa empatinya untuk memahami orang lain. Tapi ga perlu bingung, dikasih tau berkali-kali, diingatkan terus menerus eh ingatnya saat itu saja, beberapa waktu kemudian sudah lupa lagi, hal itu normal karena otaknya belum tersambung sempurna.
Diusia 3-6 tahun inilah usia berlatih memahami sudut pandang orang lain. *Baru tahap berlatih... belum expert ya mom...*Maka perlu latihan bukan tiba-tiba langsung bisa, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melatihnya, antara lain:
Briefing Menceritakan apa yang akan terjadi dan membuat kesepakatan bersama, misal:
membuat kesepakatan mainan mana yg boleh dipinjam dan mana yg tidak, jika tidak biarkan anak memilih tempat menyimpan yang tidak terlihat
kesepakatan bahwa mainan yang dikeluarkan/dibawa boleh dipinjam
si kecil boleh meminjam mainan teman, dengan cara yang santun
Role Playing Bermain peran mengenai apa yang mungkin terjadi, skenario yang bisa digunakan:
Saat teman merebut mainan dengan kasar/lembut
Saat anak mau mengambil mainan yang sedang dipakai teman
Saat teman tidak mau menyerahkan mainan
Berbagi kisah Bacakan buku cerita dengan tema berbagi, berbagai macam kisah membuat anak memiliki pengalaman untuk mengetahui situasi yang mungkin terjadi
Memberi contoh & teladan Beri contoh cara interaksi dengan orang sekitar dengan bicara santun, mudah membantu, dan membuat orang lain nyaman
Aktifitas pararel Sediakan karpet kecil untuk masing-masing anak, dan menjaga barangnya tetap diatas. Meski berada ditempat yg sama, sebetulnya mereka blm saling berbagi, tapi belajar memahami teritori orang lain. Aktifitas parerel ini penting untuk mengajarkan anak tentang batasan, aturan, kerapihan, dan menghormati teritori anak. Lakukan dalam waktu pendek dulu 10-15 menit
Gunakan timer sebagai penanda bergantian Waktu ini konsep yg rumit untuk anak, wajar jika anak bing dengan perintah "gantian yaa mainnya", maka berikan timer untuk mengajarkan anak konsep menunggu, menunda, bersabar, berbagi, dan menghormati